By Fera Marleni
TUJUAN ITU PERLU: Arah Hidup Jelas
Dalam keseharian kamu, pernahkah tiba-tiba kamu berhenti sejenak, menatap ke depan, dan bertanya, "Duh, hidup ini mau dibawa ke mana, ya?". "Aku mau apa ya?". "Mengapa seolah hidup ini berjalan begitu saja, ga jelas ujung pangkalnya?". Mungkin masih banyak pertanyaan serupa yang muncul pada diri setiap orang.
Rasanya, pertanyaan - pertanyaan itu adalah refleksi paling jujur dari jiwa yang sedang mencari arah atau sedang kehilangan arah. Keseharian sering kali membuat kita hanyut dalam kesibukan, pekerjaan, media sosial, tumpukan email. Hingga kita lupa bahwa, hidup bukan sekadar menunggu hari esok datang. Hidup juga tentang menciptakan hari esok. Dan itu perlu tujuan jelas dan terarah. Di sinilah konsep "menetapkan tujuan" menjadi poin penting.
Mari tarik nafas dalam sejenak, karena ini akan menjadi tulisan yang sedikit dalam.
Baiklah, menetapkan tujuan bukan soal menulis daftar kewajiban kaku atau daftar resolusi tahun baru. Resolusi yang biasanya akan menguap di Februari. Ini lebih merupakan tindakan cerdas dan penuh kesadaran karena kita harus memasang "GPS" kehidupan.
Mengapa kita butuh "GPS" kehidupan? Buat apa?
Coba bayangkan ini, kita sedang berlayar mengarungi samudra yang luas. Kapal kita punya mesin terbaik dengan badan kapal yang kokoh. Siapapun yang melihat kapal ini, yakin bahwa kapal akan mampu menaklukkan 7 samudra dengan mudah. Namun kita, sebagai nahkoda yang mengomandoi kapal, tidak tahu mau berlabuh di pelabuhan mana. Apa yang akan terjadi jika begitu? Kemungkinan kita hanya akan terus berputar-putar, kehabisan bekal, atau terdampar di tempat yang sama sekali tidak kita inginkan.
Orang bijak mengatakan, “Jika kamu tidak tahu ke mana tujuanmu, maka jalan yang kamu lalui akan terasa panjang dan berakhir ditempat dimana kamu menjadi asing.”
Saya yakin, kita tidak ingin berakhir ditempat yang kita tidak tahu seperti apa dan dimana. Karena itulah kita perlu menetapkan tujuan sebelum melayari lautan kehidupan.
Layaknya GPS atau kompas di kapal, tujuan akan:
• Memberi Arah. Dengan tujuan kita mengubah mimpi yang kabur (wishful thinking) menjadi peta jalan yang jelas.
• Mengatur Prioritas. Dengan tujuan yang jelas, kita bisa lebih bijak dalam menentukan mana yang harus didahulukan. Energi, waktu, dan fokus kita tidak akan terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak relevan. Ini namanya investasi cerdas atas sumber daya diri.
• Memberi Energi. Ketika kita merasa lesu, mengingat kembali tujuan kita akan menjadi bahan bakar terbaik untuk melanjutkan langkah. Tujuan adalah sumber motivasi yang jauh lebih mendalam daripada sekadar semangat sesaat.
Menetapkan tujuan itu bukan cuma menulis daftar keinginan yang panjang. Menetapkan tujuan adalah seni dengan bahan bakar kebijaksanaan. Tujuan yang bisa membawa kita maju adalah tujuan yang jelas, terukur, dan yang paling penting, sesuai dengan nilai-nilai personal kita.
Maka daripada mengatakan, “Saya mau punya keuangan yang lebih baik tahun depan,” yang kedengarannya terlalu umum, lebih bijak jika kita ganti dengan, “Dalam enam bulan ke depan, saya akan mengalokasikan 20% pendapatan saya untuk investasi pasif, dimulai dengan mendaftar di kursus literasi finansial bulan ini.” Terdengar lebih bisa dilakukan, terukur, dan kita tahu langkah pertamanya, kan? Inilah yang membedakan mimpi dengan rencana aksi.
Lalu bagaimana memulainya? Cukup mulai dari hal kecil. Jangan takut untuk memulai dari yang kecil. Fokus pada satu atau dua tujuan kecil yang penting. Itu akan menjadi momentum luar biasa yang akan bergulir menjadi bola salju kemajuan. Ingat, perjalanan seribu mil selalu dimulai dari satu langkah kecil. Jadi mulailah langkah kecil itu!
Pada akhirnya, menetapkan tujuan bukanlah sebuah beban atau rantai yang mengikat kita pada masa depan yang kaku. Justru sebaliknya, itu adalah tindakan kebebasan. Kita sedang mengambil kendali penuh atas jalan cerita hidup kita. Kita tidak membiarkan angin nasib yang menentukannya.
Kita sedang berbincang tenang dengan diri kita di masa depan, menyepakati apa yang akan kita capai bersama.
Bagaimana, sudah siap melihat kembali 'peta' yang sedang kita pegang saat ini? Atau jangan-jangan, ada jalur baru yang lebih menarik yang bisa kita coba. Yuk, kita lihat lagi.
Satu pertanyaan terakhir untuk refleksi diri, " Apa satu hal spesifik yang bisa saya lakukan hari ini, yang akan membuat diri saya di masa depan berterima kasih?
Latest News
Jebakan Zona Nyaman: Mengapa Kita Harus Rela Kembali Menjadi Ikan Kecil.
Setiap perjalanan hidup, akan membawa kita ke sebuah titik yang terasa seperti puncak. Kita berh...
Self-compassion: Kenapa Luka dan Kesedihan adalah Bukti Kekuatan Sejati
Kepada hati yang sedang lelah dan jiwa yang tengah berjuang.
Aku tahu, ada desakan d...
Seni Menyembuhkan Luka Pengkhianatan Sendiri: 3 Fase Menuju Kekuatan Batin.
Aktifitas harian dan interaksi sosial kadang tanpa sengaja menyebabkan luka. Entah karena ketidak...
Pondasi Tak Terlihat: Mengapa Proses Sakit Itu Perlu untuk Impian Besar
Surat untuk Diri di Titik Terendah
Apakabar, diriku. Mari duduk dan bicara lepas tentang ki...
MEMILIH DIRI SENDIRI: Self Love Bukan Egois
Ode untuk yang pergi dalam keheningan
Pernahkah kau menyaksikan, seseorang p...
JIKA LELAH, ISTIRAHATLAH:Pentingnya Istirahat Mental
Pesan dari Jiwa yang Pernah Terluka
Hai kau yang berjalan terseok. Ber...
GODAAN MALAS: Malas Positif Malas yang Sehat
Sering kali, kita tergoda oleh rayuan lembut ranjang empuk di pagi hari. Atau, d...
SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA:Belajar Menerima Keadaan dan Berhenti Overthinking)
Kepadamu diriku: Cukup Sudah Pikiran Liar Itu!
Apa kabarmu. Cukup...
TUJUAN ITU PERLU: Arah Hidup Jelas
Dalam keseharian kamu, pernahkah tiba-tiba kamu berhenti sejenak, menatap ke depan, dan ber...
HIDUP TAK PERNAH MUDAH: Kekuatan di Tengah Kesulitan
Film-film sering kali menutup ceritanya dengan adegan happy ending yang indah —masalah sel...
PILIH MINDSETMU: Kekuatan Pola Pikir
Hai, guys! Pernah denger istilah mindset ga? Istilah yang mungkin kedenga...